Jumat, 04 April 2008

“Mengapa cepat sekali hatiku berubah”.

“Mengapa cepat sekali hatiku berubah”. Sejenak iman kuat membara di hati. Tetapi lama kelamaan pudar dan semakin meredup. Dulu bersemangat mengkaji dan mengamalkan islam, kini terus surut oleh kesibukan dunia yang seakan tanpa henti
Semakin diri tenggelam kedasar lautan duniawi, nafas iman terasa semakin lemah dan akan mati lemas ahirnya. Kelemahan iman menyebabkan diri tersungkur di lembah dosa. Ibadah yang tidak berkualitas, perlahan menjadikan diri jauh dari Alloh, terseleweng dari jalannya, terbenam dalam permainan nafsu syahwat, hingga kesulitan tuk kembali. Hati mengeras, nurani pudar, Jiwa gersang, aqidah goyah dan iman meranggas.
Sungguh tiada kemalangan yang lebih dahsyat bila semacam ini terus-terusan hingga pintu kubur.

RusaKnya amal bermula dari hati yang tidak khusu. Penyakit akan bertambah apabila terjadi ke kemalasan ketika beribadah. Berjumpa dan berhubungan dengan Allah tanpa wujud perasaan seolah- olah kosong dan hampa. Melakukan sekedar diri terlepas dari kewajiban tanpa merasai kemanisan ibadat.

Rekreasi bisa meredakan ketegangan , menuruti selera dan shoping bisa mengobati kebosanan, memakai pakaian yang indah dan mahal tidak dilarang, membeli perhiasan dan apa yang menyukakan hati bisa melahirkan kesukuran kepada nikmat Allah taala.
Akan tetapi, perkara begini kadang-kadang membuat lalai, berlebihan dalam memanjakan diri, melemahkan senangat perjuangan hidup. Mengaburkan mata dan hati dan ahirnya larut dalam kesibukan dunia hingga melupakan akherat.

Tidak menghadiri majlis ilmu atau pengajian, bisa menyebabkan lupa dan hilang pedoman hidup, tidak jelas arah dan tujuan. Siapa diri ini , berasal dari manakah dia, mau kemana dan apa yang mau di capainya? Manusia yang lemah iman mudah kehilangan tujuan hidupnya. Untuk mendapatkan kembali pedoman hidupnya supaya tidak tersalah jalan, memerlukan hidayah yaitu ilmu Allah.

Hidayah perlu di kejar dengan mujahadah. Perlu di jaga dan dirawat agar tidak terlepas dari genggaman. Setiap mukmin memiliki hati yang mampu berbisik mengenai keadaan imannya , siapakah yang paling mengetahui diri kita melainkan Allah dan diri kita sendiri.

Mengingat Allah mengantar kepada ketenangan jiwa. Tenang dengan takdirnya, dikala susah dan senang, dikala sedih bahagia, dikala sempit lapang, dikala jatuh bangkit,.. yang ada hanyalah reda dengan jalan hidup yang ditetapkannya,yang di ridoi Allah,… hidup senantiasa optimis karena yakin segalanya telah termaktub di Lauh Mahfuz. Dan ketetapan Alloh pada hambanya adalah yang terbaik

Tidak ada komentar: