Selasa, 08 April 2008

Inner Heart Conversation

Inner Heart Conversation
There is enemy that can not be conquered by love.
There is no illness that can not be cured by love and affection.
There is no hostility that can not be forgiven by sincerity.
There is no difficulty that can not be solved by perseverance.
There is no stone that can not be broken by patient.
Everything is must be from the bottom of your heart.

Talk with your inner heart, and it will go through to another heart too.
To be succeed is not about how big is your muscle and smart is your brain,
yet it is also about how lenient/soft of your heart to do certain matters.
You can not stop a cried baby by pulling him at your arm.
Or persuade him with sweets/candies and sweet words.
What you have to do is embrace/hug him until he feel the heart beat calmly
in your depth of relieved.
Please begin with your soft heart before you give it to your achievement.

Translation:

Bicara Dengan Bahasa Hati

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa
tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam
menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya
dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat.
Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis.
Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang
jauh di dalam dada anda.

Jumat, 04 April 2008

Bertahan..

Di sebuah daerah terpencil di pinggiran kota, ada seorang guru muda yang sudah cukup lama mengabdi sebagai pengajar di sebuah Sekolah Dasar Terpadu. Gajinya tidaklah terlalu besar, masih di bawah standar UMR daerah tersebut. Sebagai seorang wali kelas, tugasnya tampak lebih berat dan full setiap harinya. Bahkan tugas -tugas administrasi kelas pun membuatnya selalu lembur.
Pada awalnya, dia menikmati semua itu. Besar kecil nya gaji tak membuatnya pasrah, ia tetap bersemangat dengan memendam harapan akan adanya kehidupan yang lebih baik baginya kelak.

Namun, sebagai mana manusia pada umumnya, keletihan dan ketidak puasan pasti datang seiring berjalannya waktu. Perbaikan standar gaji tak juga diterimanya. Sedangkan dia harus membiaya hidupnya sendiri yang semakin hari semakin membengkak. Gaji tak bisa lagi menutupi kebutuhan hidup, sedangkan dia sama sekali tidak menyukai sesuatu yang gratis atau hanya bergantung pada pemberian orang.

Maka dia pun menambah aktivitas yang bisa menghasilkan pemasukan tambahan. Dia berjualan baju di pasar setiap hari libur, dan mengajar anak TK sesudah mengajar di SD, sampai malam. Begitulah setiap harinya. Tak ada waktu untuk berleha -leha. Agar bisa tetap bertahan.

Sampai akhirnya sampai ia pada batas kelelahannya. Ia sering mengeluh pada teman dekatnya. Ia ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik; tentunya secara finansial maupun iklim kerja. Lalu ia pun mulai bergerilya lagi, melamar pekerjaan ke tempat lain. Ia bertekad untuk pindah dari sekolah itu, meskipun berat rasanya meninggalkan anak -anak yang diajarnya.

Kemudian, pada suatu hari, saat ia masuk kelas tiba -tiba suasanan begitu sunyi. Anak -anak yang biasanya ramai menyambutnya tidak tampak satupun. Dan, itulah, tiba -tiba beberapa orang anak memeluknya dari belakang sambil berkata; “Ibu, selamat ulang tahun!” mereka mencium telapak tangannya. Diikuti seluruh anak yang diajarnya. Mereka memasang sebuah karton besar di kelas yang ditulisi ucapan selamat ultah oleh seluruh anak.

Guru itupun tak kuasa menahan air matanya. Dia menangis sambil jongkok di depan kelas. Anak -anak itu satu persatu menyerahkan bingkisan hadian ulang tahun dan selembar surat.
Di rumahnya, guru itu membuka surat -surat cinta itu dan membacanya sambil menangis. Terutama saat membaca, “Ibu, tak ada yang bisa kuberikan selain ucapan ini. Selamat ulang tahun ibu guru. Terima kasih karena telah begitu baik mengajari kami selama ini. Terima kasih atas segala yang telah ibu berikan. Kami mencintai ibu”
Keesokan harinya, guru itu berkata pada temannya, bahwa dia tidak jadi pindah kerja. saat ditanya alasannya, guru itu menjawab, “aku punya anak -anak. aku belum bisa meninggalkan mereka. belum saat ini”
***
Di saat kenyataan hidup begitu sulit sehingga kita merasa tak bisa memikulnya lagi, apa yang bisa membuat anda bangkit kembali untuk mencoba bertahan? Lalu terus berjuang? Apa yang bisa membuat kita tetap bertahan di jalan ini?

Satu hal yang pasti, keyakinan yang kuat, bahwa sesulit apapun hidup ini, kita pasti bisa melewatinya. Karena kita tak pernah sendirian. Allah bersama kita, Dia akan memberi kekuatan melalui doa kita. Itulah yang membuat kita bisa tetap bertahan.
Lalu, kehadiran orang –orang yang mencintai kita. Terkadang hal -hal yang dianggap sepele, bisa membuat kita bertahan. Bertahan, dan terus bertahan. Perhatian, doa, dan cinta dari orang -orang terdekat, adalah salah satu sumber kekuatan kita. Kita merasa berarti, merasa dicintai, dibutuhkan, sehingga kita mengerahkan segenap energi kita untuk melanjutkan hidup. Melanjutkan perjuangan, yang tak akan pernah ada ujungnya sampai kita mati.

Sebab kuat itu bukan pada saat kita bisa mendapatkan, namun saat kita bisa memberi. Kuat bukan saat kita bisa memenangkan segala kompetisi dalam hidup, tapi saat kita jatuh lalu bangkit kembali untuk bertahan dan melanjutkan perjuangan.
[untuk para sahabat, yang kehadiran kalian membuatku tetap bertahan]
Jazakallah, Thank's,

Bahan Intropeksi diri

sudah benarkah dalam berdakwah hai ikhwah?
“Hei… aku sudah ikut mentoring”
“Aku sudah liqo”
“Aku sudah tarbiyah”
“Aku adalah ikhwah”
Mengapa kau bangga menyebut dirimu sebagai seorang ikhwah?
Padahal kelakuanmu tak ubahnya fatamorgana…..
Boro-boro shalat tahajud
Shalat wajib pun kau malas mengerjakannya
Lalu bagaimana dengan shalat berjama’ah?
Ah, serasa mimpi saja
Apalagi untuk sekedar membaca surat cintaNya
Huh… enakan baca novel, cerpen, atau komik
Lebih asyik dan menghibur
Daripada membekali diri dengan buku-buku islami
Benarkah engkau sudah tarbiyah ?
Kalau dengan lawan jenis kau begitu tak terjaga
Matamu berkeliaran, entah kemana hatimu
Saat ada tangan lembut seorang wanita yang tersodor kepadamu
Engkaupun menyambutnya dengan hangat dengan dalih agar ke’ikhwahan’ mu tidak turun derajatnya
Kau begitu pemilih dalam berdakwah
Mana yang bisa kau jadikan tempat penghidupan
Padahal justru dakwahlah yang harus kau hidupkan
Kau begitu pemilih dalam dakwah
Betapa nikmatnya bertaushiyah dengan sang lawan jenis
Lagi-lagi dengan dalih dakwah
Padahal entah berapa banyak teman-temanmu sejenis yang lebih membutuhkan bimbinganmu
Bukanlah seorang ikhwah, orang yang tidak terjaga lisannya.
Bukan pula seorang ikhwah, orang yang tak bisa menjaga mata dan hatinya
Dari yang diharamkan Allah…
Bukanlah seorang ikhwah, orang yang begitu mudah mengeluh
Padahal ia memiliki Allah sebagai Pembelanya
Apakah pantas engkau mengaku sebagai seorang ikhwah ?
Padahal akhlaqmu begitu jauh dari akhlaq yang sesuai dengan perintahNya?
Benarkah engkau seorang ikhwah
Padahal engkau begitu malas beribadah kepadaNya?
Sekali lagi, kutanya kepadamu
ikhwah kah dirimu?
Padahal amalanmu begitu ternoda dengan tujuan duniawi
Tiada sedikitpun engkau beramal kecuali mengharap pujian dan balasan dari manusia
Tidakkah engkau malu telah berbuat begitu, wahai engkau yang mengaku sebagai ikhwah?
Apa yang kau lakukan saat ini?
Ketika orang lain tengah berpeluh karena berdakwah
Dan yang lainnya begitu letih menyeru kebaikan
Apa yang sudah kau lakukan?
Menjadi komentator dakwah
Atau turut melaju bersama putarannya?
Lalu, wahai orang yang mengaku dirinya sebagai ikhwah
Dimana engkau telah kubur hatimu?
Hei, sadarlah! Bangunlah!
Sebelum ajal menjemputmu sobat….
from milis : comes_info@yahoogroups.com
lauthfi

“Mengapa cepat sekali hatiku berubah”.

“Mengapa cepat sekali hatiku berubah”. Sejenak iman kuat membara di hati. Tetapi lama kelamaan pudar dan semakin meredup. Dulu bersemangat mengkaji dan mengamalkan islam, kini terus surut oleh kesibukan dunia yang seakan tanpa henti
Semakin diri tenggelam kedasar lautan duniawi, nafas iman terasa semakin lemah dan akan mati lemas ahirnya. Kelemahan iman menyebabkan diri tersungkur di lembah dosa. Ibadah yang tidak berkualitas, perlahan menjadikan diri jauh dari Alloh, terseleweng dari jalannya, terbenam dalam permainan nafsu syahwat, hingga kesulitan tuk kembali. Hati mengeras, nurani pudar, Jiwa gersang, aqidah goyah dan iman meranggas.
Sungguh tiada kemalangan yang lebih dahsyat bila semacam ini terus-terusan hingga pintu kubur.

RusaKnya amal bermula dari hati yang tidak khusu. Penyakit akan bertambah apabila terjadi ke kemalasan ketika beribadah. Berjumpa dan berhubungan dengan Allah tanpa wujud perasaan seolah- olah kosong dan hampa. Melakukan sekedar diri terlepas dari kewajiban tanpa merasai kemanisan ibadat.

Rekreasi bisa meredakan ketegangan , menuruti selera dan shoping bisa mengobati kebosanan, memakai pakaian yang indah dan mahal tidak dilarang, membeli perhiasan dan apa yang menyukakan hati bisa melahirkan kesukuran kepada nikmat Allah taala.
Akan tetapi, perkara begini kadang-kadang membuat lalai, berlebihan dalam memanjakan diri, melemahkan senangat perjuangan hidup. Mengaburkan mata dan hati dan ahirnya larut dalam kesibukan dunia hingga melupakan akherat.

Tidak menghadiri majlis ilmu atau pengajian, bisa menyebabkan lupa dan hilang pedoman hidup, tidak jelas arah dan tujuan. Siapa diri ini , berasal dari manakah dia, mau kemana dan apa yang mau di capainya? Manusia yang lemah iman mudah kehilangan tujuan hidupnya. Untuk mendapatkan kembali pedoman hidupnya supaya tidak tersalah jalan, memerlukan hidayah yaitu ilmu Allah.

Hidayah perlu di kejar dengan mujahadah. Perlu di jaga dan dirawat agar tidak terlepas dari genggaman. Setiap mukmin memiliki hati yang mampu berbisik mengenai keadaan imannya , siapakah yang paling mengetahui diri kita melainkan Allah dan diri kita sendiri.

Mengingat Allah mengantar kepada ketenangan jiwa. Tenang dengan takdirnya, dikala susah dan senang, dikala sedih bahagia, dikala sempit lapang, dikala jatuh bangkit,.. yang ada hanyalah reda dengan jalan hidup yang ditetapkannya,yang di ridoi Allah,… hidup senantiasa optimis karena yakin segalanya telah termaktub di Lauh Mahfuz. Dan ketetapan Alloh pada hambanya adalah yang terbaik

Sabtu, 29 Maret 2008

Kisah Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang
bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,
tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat
mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak
kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan
tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini
bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil
yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin
sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau
boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang
untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu
memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.
Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu
kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya
datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya
waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami
membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Duh, maaf
aku pun tak memiliki rumah.
Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata
pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon
apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat
anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon
apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa
sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata
pohon apel.”Aku sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup
tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah
kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan
menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan
bersenang-senanglah.”
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal
yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui
pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf
anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi
untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah
apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon
apel.”Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Aku
benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang
tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon
apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki.
“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah
sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar
pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari,
marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.
Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
NOTE :
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika
kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita
memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita
akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk
membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah
bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita
memperlakukan orang tua kita.
Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan
berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada
kita

Time To Change

Berhasil mengatasi masalah akan mengantarkan kita
pada posisi yang bagus untuk mengatasi masalah berikutnya.
Kesuksesan kita akan menjadi bekal yang sangat baik untuk mencapai kesuksesan2 berikutnya.
Orang yang kaya menjadi lebih kaya bukan karena
harta yang dimilikinya, namun karena arah yang
benar dalam usaha dan kehidupannya;
tindakan yang benar dalam langkah-langkahnya,
sehingga kesuksesan itu akan muncul ber-ulang2!
Kalau dalam kehidupan, kita melihat yang kaya makin kaya,
yang miskin makin miskin. Memang itu yang terjadi.
Sekarang lihatlah kehidupan kita. Apakah kita makin kaya
atau makin miskin? Jika kita makin miskin, maka segeralah berbalik arah.
Kita pasti melakukan kesalahan yang mungkin tidak kita sadari. Jika kita
tetap menjalani apa yang kita lakukan sekarang ini, maka kemungkinan
kita akan semakin terpuruk. Namun jika kita merasa makin kaya, maka
melangkahlah makin cepat. Berlarilah! Karena arah Kita sudah benar.
Jika kita cenderung mengalami kemerosotan
dalam taraf kehidupan, maka saatnya sekarang
berbalik arah! Ubah arah kita karena itu tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Kita telah melakukan kesalahan!
Sekaranglah saatnya KITA berubah! Kemalasan kita
ubah menjadi ketekunan. Kesombongan kita harus
diubah menjadi keramahan. Kesederhanaan kita dalam
berpikir harus kita ubah dengan kreativitas
yang genius. Kelalain Kita harus kita ubah dengan
kewaspadaan yang tajam. Waktu kita harus diisi
penuh dengan aktivitas, detik demi detik.
Pikiran negatif kita harus diubah dengan pikiran positif.
Apakah mudah? Jangan bertanya lagi! Begitu kita ingat
maka lakukan perubahan itu, terus menerus, hingga kita
tidak akan merasakan itu, dan kita sudah berbalik arah.
Ya, sekaranglah saatnya kita banting setir!
Rasakan perubahan itu. Bila kehidupan kita sudah
mulai membaik, maka semangati untuk melakukan lebih
kencang, bergerak lebih cepat, berpikir lebih taktis
dan lakukan terus hal-hal baik yang sudah membuat
kehidupan kita menuju arah yang benar.
Ingat! Orang yang kaya semakin kaya, bukan karena dia
memiliki harta lebih banyak, namun karena dia sudah
berada diarah yang benar. Kesuksesan yang dia capai
telah membuat efek domino untuk kesuksesan berikutnya!
Sumber :
Efek Domino Kesuksesan
(disadur dari Buku: Time To Change Hari Subagya)

Tentang Waktu

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.
Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti.
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga.

Rabu, 12 Maret 2008

Diriku yang tak bersyarat

Aku adalah aku
Engkau tak bisa mengubahku, maka jangan coba-coba
Tinggalkan kritik-kritikmu, tinggalkan semua usahamu untuk membuatku sesuai dengn kotak yang cocok hanya untuk dirimu

Hadapilah, masalahnya akan jauh lebih mudah jika engkau menerimaku apa adanya
Daripada membuatku seperti apa yang kau pinta

Tentu saja engkau mesti setuju dengan apa yang kukatakan dan kulakukan
Hanya saja terimalah aku sebagai manusia biasa
Aku lemah, berdosa, gagal dan membuat kesalahan dalam hidupku

Hey, bukakankah itu yang membuatku menjadi seseorang yang unik
Aku tak akan pernah menjadi sempurna, ideal dan menjadi produk seperti yang kau pinta

Terimalah apa adanya sebagaimana aku menerimamu apa adanya
Mari kita bergembira, bersukaria dan biarkan diri kita yang sesungguhnya bebas menjadi apa adanya

Jadilah diri kita sendiri dalam lautan cinta tak bersyarat
Saling menerima
Membiarkan semua ini terjadi
apa adanya

Anak-anak belajar dari kehidupan

Jika anak hidup dengan kritikan,
Ia akan belajar mengutuk.
Jika anak hidup dengan kekerasan,
Ia akan belajar melawan.
Jika anak hidup dengan ejekan-ejekan,
Ia akan belajar menjadi pemalu.
Jika anak hidup dengan dipermalukan,
Ia akan belajar merasa bersalah.
Jika anak hidup dengan toleransi,
Ia akan belajar bersabar.
Jika anak hidup dengan dorongan,
Ia akan belajar percaya diri.
Jika anak hidup dengan pujian,
Ia akan belajar menghargai.
Jika anak hidup dengantindakan yang jujur,
Ia akan belajar tentang keadilan.
Jika nak hidup dengan rasa aman,
Ia akan belajar mempercayai.
Jika anak hidup dengan persetujuan,
Ia akan belajar menghargai hiudpnya.
Jika anak hidup dengan P E N E R I M A A N dan persahabatan
Ia akan belajar untuk menemukan cinta di muka bumi

Reputasi dan karakter

Lingkungan tempat anda hidup menentukan reputasi anda
Kebenearan yang anda yakini menentukan karakter anda
Reputasi mengharapkan anda siapa
Karakter adalah siapa anda sebenarnya
Reputasi adalah foto
Karakter adalah wajah
Reputasi datang dari luar
Karakter tumbuh dari dalam
Reputasi adalah apa yang anda miliki ketika tiba di komunitas baru
Komunitas adalah apa yang anda miliki ketika anda pergi
Reputasi terbentuk dalam sesaat
Karakter anda dibangun seumur hidup
Reputasi anda dipelajari dalam sejam
Karakter anda tidak kelihatan sampai setahun
Reputasi tumbuh seperti jamur
Karakter bertahan abadi
Reputasi membuat anda kaya atau miskin
Karak ter membuat anda menderita atau bahgia
Reputasi adalah apa yang orang katakan tentang anda di batu nisan
Karakter adalah apa yang dikatakan malaikat di depan Tuhan

Akhir sebuah pemikiran adala tindakan

Suatu hari ada seorang gadis kesil berjalan setapak di depan rumahnya. Di tepi jalan ia melihat sekuntum mawar merah vbesar yang sedang mekar. Sembari takjub, jari-jari gadis kecil itu pun memetik bunga itu dan membawanya pulang. Ketika sampai di rumah, ia bingung, hendak ditaruh dimana bunga itu. Setelah cukup lama terdiam, anak itu pun teringat denga pot bunga usang yang jarang dipakai yang ada di dalam lemari. Maka ia pun pergi ke lemari, mengeluarkan pot tua itu. Setelah itu dicuci dan dibersihkannya hingga mengkilap. Pot itu lalu diisinya dengan air dan memsukkan bunga mwar ke dalalmnyanya. Sekarang bunga sudah punya tempat yang indah, tapi dimanakah pot itu akan ditaruhnya? Gadis kecil itu ingin menaruhnya di meja ruang tamu. Ketika sampai disana, dilihatnya meja usang dan kotor tersebut. Tak pantaslah bunga indah diletakkan di atasnya. Maka si gadis kecil berlari kecil mengambil taplak meja yang diambilnya di tempat tidur. Tapalk itu lantas ditaruhnya di atas meja. Kini meja itu layak bagi pot bunga. Namun gadis kecil itu merasa masih ada kekurangan. Ruang tamu itu gelap, semua jendela dan pintu masih tertutup. Maka ia mengambil kursi dan menaruhnya dekat jendela. Ia pun menaiki kursi, lalu dengan tangnya yang kecil sekuat tenaga ia mendorong agar jendela terbuka. Ketika akhirnya jendela yang terbuka, matahari yang bersinar dengan cerahnya menerobos dan menerangi seisi ruang tamu tersbu t.
Hal- hal besar sering dimulai dari kejadian kecil...perjalanan yang ber mil-mil jauhnya dimulai dari satu langkah.

Beranilah

Jangan menunggu senyuman, baru mau berbuat baik
Jangan menunggu dicinta, baru mau dicinta.
Jangan menunggu kesepian melanda, baru mau menghargai persahabatan
Jangan menunggu pekerjaan terbaik, baru mau sungguh bekerja
Jangan menunggu mendapatkan banyka baru mau berbagi
Jangan menunggu kegagalan tiba, baru ingat dengan nasihat-nasihat.
Jangan menunggu kesulitan muncul, baru mau percaya dengan doa.
Jangan menunggu adanya waktu, baru mau melayani.
Jangan menungu orang lain terluka, baru mau meminta maaf.
Jangan menunggu....., karena kamu tak tahu berapa lama waktumu.
Jangan menunggu......, beranilah

PARADOK MASA KINI

Kita mempunyai gedung yang semakin tinggi,
Tapi kesabaran yang semakin rendah.
Jalan yang semakin lebar,
Tetapi sudut pandang yang semakin sempit.
Semakin banyak membelanjakan,
Tetapi semakin sedikit yang dimilki.
Semakin banyak membeli,
Tetapi semakin sedikit yang dinikmati.
Punya rumah yang semakin besar,
Tetapi kehidupan rumah tangga yang semakin kecil.
Semakin banyak tersedianya kesenangan,
Tetapi semakin sedikit waktu untuk menikmatinya.
Semakin banyak pengetahuan,
Tetapi semakin sedikit kebijaksanaan.
Semakin banyak para para ahli,
Tetapi semakin banyak masalah.
Semakin banyak obat,
Tetapi semakin banyak juga penyakit.
Kita memiliki banyak barang dan kepemilikan,
Tetapi semakin berkurang nilainya.
Kita semakin banyak bicara,
Tetapi semakin sedikit mencinta dan banyak membenci.
Kita belajar untuk mencari nafkah penghidupan,
Tetapi gagal menemukan kehidupan.
Kita telah menambah lebih banyak tahun dalam kehidupan,
Tetapi gagal merasakan kehidupan dalam tahun-tahun yang dijalani
Kita telah berhasil pergi ke bulan dan kembali,
Tetapi mempunyai masalah pergi ke depan rumah untuk menemui tetangga.
Punya penghasilan yang lebih tinggi,
Tetapi moralitas yang lebih rendah.
Kita belajar untuk membuat udara lebih bersih,
Tapi kita mengotori jiwa kita sendiri.
Kita belajar untuk meimisahkan atom-atom,
Tetapi tak sanggup memisahkan prasangka-prasangka buruk kita.
Kita memiliki kuantitas yang berlimpah ruah,
Tetapi kualitas yang semakin langka.
Ini adalah waktu dimana orang semakin tinggi posturnya,
tapi makin pendek kepribadiannya.
Keuntungan finansial membumbung tinggi,
Tetapi hubungan dengan sesama semakin dangkal.
Ini adalah masa kedamaian dunia,
tetapi perang dalam keluarga.
Makin banyak hiburan,
tapi makin sedikit rasa kebahagiaan.
Makin banyak makanan,
tatapi makin berkurang nutrisinya.
Ini adalah masa dimana keluarga berpenghasilan ganda,
Tetapi perceraian dimana-mana
Makin banyak rumah yang indah,
tetapi makin banyak rumah tangga yang pecah....
(Anonim)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu,
kepada api yang yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat diucapkan oleh awan,
kepada hujan yang menjadikannya tiada (supardi joko damono

Aku bersembah sujud untuk berdoa, tapi tak lama.
Karena ada banyak pekerjaan yang kutakutkan, tak bisa lagi ditunda.
Aku harus cepat-cepat ke tempat kerja,
Karena takut pula dengan tagihan-tagihan yang harus dilunasi segera.
Jadi aku berlutu dan berdoa seadanya.
Lalu melompatlah aku ke tempat kerja,
Tugas agama pun selesailah sudah,
Masih banyak tugas dunia dan kewajiban yang mengejar untuk dibereskan
Maka sepanjang hari aku tak punya kesempatan,
Untuk menyatakan kasih dan kebenaran.

Aku takut, malahan mungkin akan ditertawakan.
Tak ada waktu, tak ada kesempatan, maafkan...
Banayak yang mesti dibereskan, itulah yang kuteriakkan.
Maafkan...
Tak ada waktu untuk jiwa yang kubutuhkan,
Sebab kekhawatiran dan ketakutanku untuk hal-hal yang belum dibereskan

MELIHAT DARI “KACA MATA” YANG LAIN

Beberapa waktu yang lalu saya mengisi acara di sebuah training pengkaderan dari suatu organisasi kemahasiswaan yang saya ikut aktif di dalamnya. Untuk memancing reaksi dari peserta agar dapat lebih terfokus pada materi yang akan disampaikan iseng-iseng saya memberikan sebuah ”ice breaker” . hal ini biasa kami lakukan manakala para peserta sudah mulai tidak fokus diakibatkan karena kelelahan, mengantuk, rasa bosan yang bersangatan dan karena alasan yang lain lagi.
Pada saat itu saya memegang sehelai kertas putih kosong yang bagian tengahnya saya beri tanda titik dengan spidol hitam agar dapat kelihatan. Lalu saya meminta reaksi dari para peserta yang berjumlah kurang lebih 20 orang untuk memberikan tanggapan dan pendapatnya tentang kertas putih yang saya pegang tersebut. Bermacam-macam tenggapan diberikan oleh para peserta. Ada yang memberikan jawaban serius tetapi tidak sedikit juga yang jawabannya melantur alias ”asbun” , asal bunyi saja. Tetapi yang penting adalah para peserta dapat kembali ke fokusnya, itulah jawaban saya menanggapi dari reaksi para peserta.
Beberapa hal yang menarik dari jawaban peserta yang ”serius” tentang ice breaker yang saya berikan adalah bahwa hampir sebagian besar mengatakan kalau kertas yagn saya pegang itu adalah setitik noda hitam di atas kertas yang putih plus dengan berbagai macam filosofi dari mereka.
Lalu apa ada yang salah dengan jawaban yang mereka berikan? Jawabannya adalah tidak. Selain untuk memancing reaksi dari para peserta agar dapat lebih fokus tujuan lain dari saya memberikan ice breaker itu adalah untuk melihat pola pikir dan sudut pandang peserta mengenai suatu masalah. Dan ternyata jawaban yang diberikan adalah relatif sama yaitu setitik hitam di atas kertas putih. lalu pertannyaan saya mengapa kita jarang atau bahkan tidak pernah memandang sesuatu dari dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, mengapa kita tidak katakan berjuta kumpulan titik putih dengan satu titik hitam. Mengapa saya katakan berjuta kumpulan titik putih karena pada dasarnya satu bidang warna pada suatu media (kertas misalnya) merupakan suatu kumpulan dari titik-titik putih yang saling merapat dan bersatu. Yang menjadi masalahnya adalah mengapa fokus kita lebih pada satu titik hitam yang kalau bisa dibilang tidak ada artinya dibandingkan dengan jumlah titik putihnya yagn lebih banyak jumlah.
Pembaca sekalian. Mengapa saya membicarakan tentang masalah ini. Hal ini saya angkat dalam tema saya kali ini adalah karena hal tersebut banyak dan sering terjadi dalam kehidupan kita. Dan secara tidak sadar dalam menilai sesuatu misalnya apakah yang banyak atau sering kita lihat sisi kebaikannya atau malah sisi keburukannya? Sering kali kita memandang atau menilai seseorang lebih banyak berdasarkan kepada sisi gelapnya padahal bisa jadi mereka-mereka yang kita anggap buruk juga mempunyai sisi baik yang tidak kalah banyaknya. Seseorang yang selama ini kita kenal baik lalu tiba-tiba karena sesuatu hal melakukan sebuah kesalahan yang tidak hanya merugikan dirinya tetapi juga orang lain maka akan ”hilanglah” semua kebaikannya yang telah dibuatnya. Lalu kalau mereka bersalah apa tidak perlu dihukum dan harus dibebaskan karena kebaikan-kebaikan yang telah dibuatnya? Tidak demikian. Siapa yang bersalah dan melanggar batas-batas norma yang tetap harus dihukum sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya. Sudah cukup disitu saja. Jangan kita terlalu mempermasalahkannya ke depannya. Pada umumnya orang yang telah di cap bersalah oleh masyarakat dan setelah mengalami masa hukumannya maka tetap akan dianggap ”bersalah selamanya”. Hal secara psikologis akan membuat orang tersebut akan semakin sulit untuk ”berubah” ke arah yang lebih baik dan bisa jadi ia malah menjadi orang yang lebih buruk dan ”bersalah selamanya” karena tindakan dan pola pikir masyarakat yang membentuknya sedemikian rupa.
Pembaca yang budiman. Mengapa kita jarang atau enggan untuk ”menerima” atau memaafkan orang yang bersalah terutama kepada kita baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Pernahkah kita menempatkan posisi kita di tempanya berada? Kalau kita berganti posisi dengannya apakah yang akan kita lakukan? Mengapa kita jarang atau tidak pernah mungkin mencoba untuk memandang dari sudut pandang yang berbeda mengenai suatu masalah dan mengenai seseorang.? Akan banyak sekali perbedaan yang kita rasakan ketika kita bena-benar berusaha untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Kita akan menemukan pengetahuan dan pemahaman baru yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dengan belajar untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda kita tentang suatu akan banyak dapat keuntungan yang bisa diperoleh antaa lain kita akan menjadi pribadi yang lebih bersabar, pemaaf , tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu karena dilakukan dengan penuh ketenangan dan pemikiran yang matang dan mendalam. Selain itu keuntungan dan kebahagiaan terbesar yang bisa kita dapatkan adalah berupa ketentraman dan kelapangan hati dan jiwa karena kita telah mampu untuk ”menerima” dan mengikhlaskan semua yang terjadi.
Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk dapat memahami sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Ada banyak yang harus kita cermati dan kita pelajari. Tetapi dengan niat yang benar dan usaha yang sungguh-sungguh tidai ada yang tidak bisa dilakukan.

Senin, 11 Februari 2008

PERENUNGAN 22 TAHUN YANG BERLALU

Pagi yang cerah di 30 januari 2008...
Genap 22 tahun sudah kehidupan menjamahku. Bermilyar oksigen telah kuhirup, berjuta liter galon air telah kuserap, tidak sedikit hasil tetumbuhan dan hewan yang telah mendarah daging. Sudah terlalu banyak bumi dan seluruh kandungannya yang disediakan untuk kesenangan dan kenikmatanku. Akan tetapi masih sedikit sekali terasa atau malahan tidak pernah ada rasa terima kasihku kepada ”mereka” yang senantiasa melayani kebutuhanku atas perintah-Nya.
Genap sudah 22 tahun ruh ku bersemayam di jasad ini. Waktu yang cukup untuk mewujudakan peradaban dunia yang baru. Waktu yang cukup untuk mengubah dunia dan segala isinya. Waktu yang cukup untuk mencipta kehidupan generasi-generasi baru. Waktu yang cukup untuk merealisasikan impian yang tidur panjang di bawah sadarku. Waktu yang cukup untuk menebar cahaya di pekat dan gelapnya awan hitam yang menyelimuti permukaan bumi. Akan tetapi masih sedikit sekali terasa atau malahan tidak ada sama sekali perubahan yang kulakukan dalam kurun waktu yang telah berlalu.
Genap sudah 22 tahun aku melihat, mendengar dan merasakan indahnya ”kreativitas” Tuhan di dunia ini. Sejuknya udara pagi, hangat dan menyengatnya kilauan mentari, luasnya bentangan samudra, biru dan gelapnya gumpalan awan nun jauh di atas sana. Ribuan pujian kudengarkan dan tidak sedikit pula caci makian terlontarkan. Sakit, senang, tertawa dan menangis sedih merupakan suatu siklus pergantian emosi yang sering kualami. Akan tetapi masih sedikit sekali terasa atau malahan tidak pernah hati dan lidah ini rasa syukur yang sudah sepatutnya dipersembahkan kepada sang Maha Pemberi.
Genap sudah 22 tahun sudah. Terima kasih ya Rabb..aku berjanji untuk menjadi manusia yang baru. Menjadi manusia yang selalu mengharapkan untuk dapat selalu dekat dan merasakan cinta-Mu. Memaksimalkan segala potensi yang Engkau beri. Mencurahkan segala daya dan upaya untuk tetap di jalanMu. Ampunilah hambaMu ini yang selalu lalai dan lupa.

HIDUP ADALAH PILIHAN

Hidup adalah pilihan. Sadar atau tida sadar, suka atau tidak suka, rela ataupun terpaksa kita telah menentukan pilihan. Lalu kalau begitu bagaimana dengan orang miskin? Apakah iya.. ada orang yang memilih untuk hidup miskin? Bukannya kalau bisa memilih pasti mereka tidak akan memilih hidup miskin. Mereka pasti akan memilih hidup kaya. Sederhana saja jawabnya tidak ada orang yang mau hidup miskin apalagi harus bersusah payah dan menderita. Tapi itu adalah hasil dari pilihan mereka baik di masa yang lalu maupun sekarang. Mengapa saya katakan hasil dari pilihan di masa lalu dan masa sekarang? Hasil dari pilihan masa lalu adalah bagaimana anda memilih untuk menghabiskan waktu di masa lalu. Bagaimana anda bertindak, apakah yang anda lakukan di masa lalu dikondisikan oleh keadaan atau anda bertindak sesuai dengan apa yang anda cita-citakan ? lalu dengan pilihan di masa sekarang apakah ketika anda sudah menyadari kondisi anda yang sekarang apakah anda tetap ”menerima” pasrah begitu saja ataukah anda punya keinginan yang kuat untuk merubah hidup anda lebih baik lagi.
Lalu kalau begitu dimana proses pemilihannya? Proses pemilihannya adalah ketika anda sadar dengan kondisi sekarang, anda hidup miskin misalnya apakah anda tetap memilih untuk hidup dalam keadaan seperti itu. Aaukah anda punya tekad untuk berubah ke luar dari lembah kemiskinan itu. Yaa.. banyak sekali orang yang enggan berpikir tentang hal ini. Karena jika mereka memilih keluar untuk meninggalkan kehidupan”nyaman ” mereka yang tetap susah, miskin dan menderita maka mereka akan berhadapan dengan apa-apa yang sangat dikhawatirkan mereka yaitu takut gagal, diejek oleh kawan kerabat, lebih menderita lagi karena harus bekerja lebih keras lagi, tidak tahu harus melakukan apa, tidak cukup ilmu dan modal dan segudang alasan lain yang akan mengaktifkan program bawah sadar mereka bawah mereka memang ”layak” dan ”harus” hidup miskin. Ditambah lagi dari penerawangan atau peramalan dari mereka-mereka yang mengaku mengetahui masa depan bahwa memang mereka dari sononya ditakdirkan emang hidup miskin, susah plus menderita. Jadi gak usah berpikiran macam-macamlah. Biarkan air tetap mengalir apa adanyan nggak usah menentang arus. Wah..kalau sudah begini semakin repot aja urusannya. Iya betul biarkan air mengalir apa adanya, lah..kalau airnya keruh apa iya kita tetaop disitu aja? Gak mau membersihkannya?
Hidup adalah pilihan. Apa yang kita terima hari ini merupakan pilihan atas keputusan dan tindakan yang kita ambil di masa lalu. Lalu kalu begitu kita bisa dong, untuk menentukan pilihan hidup kita di masa datang agar sesuai dengan apa yang kita impikan dan cita-citakan selama ini. Jawabnya bisa iya, bisa juga tidak. Loh kok gitu? Iya ,kalau kita setelah menentukan pilihan yang kita buat utnuk di masa datang kita bertanggungjawab atas pilihan kita tersebut. Maksudnya? Ya kita mau bertanggungjawab utnuk mengadakan follow up atas pilihan kita. Artinya kita bersedia untuk menginvestasikan waktu, tenaga dan pikiran kita untuk mencapai apa yang telah menjadi pilihan kita tersebut. Kita bersedia untuk keluar dari zona”nyaman” kita utnuk menjemput pilihan tersebut. Akan ada banyak petualangan dan perjuangn serta pengorbanan yang dituntut untuk mencapai pilihan tersebut. Hal inilah yang bagi kebanyakan orang menjadi alasan tidak mau atau enggan untuk memilih apa yang telah menjadi pilihannya. Artinya mereka-mereka yang mengaku hidup dalam kemiskinan dan kesusahan seumur hidup sebenarnya mereka punya pilihan untuk keluar dari dari keadaan atau kondisi tersebut. Tetapi mereka tidak memiliki keberanian untuk mewujudkanya. Mereka aalah orang-orang yang tidak ”bertanggungjawab” terhadap apa sudah menjadi pilihan mereka untuk kehidupan yang lebih baik lagi
Lalu bagaimana dengan takdir. Bukankah setiap manusia sudah ditentukan takdirnya. Lalu bagaimana dengan hidup adalah pilihan. Dan kalau kita ditakdirkan hidup miskin, susah dan menderita trus kita ngotot untuk berusaha jadi kaya, bukankah itu perbuatan melanggar takdir dan menentang apa yang ditetapkan Tuhan? Selain itu kita kan gak bisa melawan takdir Tuhan? Wah, kalau sudah begini agak repot juga menjawabnya. Pertanyaan tersebut tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar? Maksudnya adalah kita harus menyamakan persepsi kita dahulu tentang takdir itu apa. Takdir adalah sepenuhnya rahasia Tuhan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui takdir atas dirinya. Manusia diperkenankan mengetahui takdir ketika takdir itu baru terjadi. Dengan kata lain atau agar lebih mudahnya adalah bahwa takdir aalah ketetapan tuhan yang TELAH TERJADI. Lalu bagaimana dengan yang akan terjadi? Apakah itu bukan takdir? Ok agak lebih meluasnya bahasannya. Ada perbedaan prinsip pemahaman kita sebagaimana manusia untuk memahami tentang takdir Tuhan. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan manusia. Benar secara keseluruhan takdir merupakan kejadian baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Dan hal ini hanya Tuhan saja yang tahu tentang takdir manusia yang akan datang. Manusia hanya tahu takdir yang sudah terjadi saja. Artinya apa, akan masih banyak peluang untuk terjadinya perubahan ”keadaan atau kondisi” manusia ke depan. Lantas mengapa kita berkata ”inilah adalah takdirku untuk hidup seperti”. Bukankah ini suatu bentuk kesombongan yang tidak beralasan untuk menghakimi kondisi di masa datang yang tidak ketahui ? bahkan secara tidak sadar kita telah mengaku bahwa kita adalah Tuhan karena memiliki keyakinan tentang takdir ke depan. Bukankah ini dosa besar yang sesungguhnya?
Selain itu ada garansi atau jaminan dari Tuhan sendiri tentang bagaimana memahaminya konsep takdir-Nya yang manusia manapun tidak dapat mengetahuinya kecuali orang yang diberi petunjuk. Yaitu bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib atau keadaan suatu kaum atau manusia sehingga manusia itu sendiri yang mengubahnya.(Ar Ra’du 11). Jadi sudah jelas bahwa kita memang tidak dapat mengubah takdir karena kita memang tidak mengetahui. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha bersungguh-sungguh mencapainya. Kalu toh akhirnya memang tidak tercapai ya tidak usah terlalu dpermasalahkan. Yang terpenting kita harus menikmati prosesnya. Bisa jadi apa yang menjadi pilihan kita bukanlah yang terbaik kita atau malahan akan menyebabkan kita celaka di masa depan. Tetapai yakinlah tetap akan ada hasil terbaik yang kita dapat jika kita dapat terus berusaha dan bersyukur.

MENGAPA MASIH MENUNGGU

Ide tulisan ini sebenarnya sudah lama “terpendam” dalam pikiran saya, tetapi barulah saat ini “berkesempatan” untuk menuangkannya dalam tulisan. Beberapa bulan yang lalu ada serial drama Korea yang ditayangkan setiap sore hari (Silence judulnya yang diperankan oleh Vic Zhou dan aktris wanitanya saya tidak ingat) oleh salah satu stasiun TV swasta dan cukup menarik perhatian saya. Bukan karena diperankan oleh aktor yang keren dan aktris yang cantik tetapi lebih dari itu ada banyak hal yang bisa kita ambil hikmahnya dari kisah tersebut.
Ringkas cerita ada seorang pemuda yang keren dan kaya yang mempunyai posisi yang cukup tinggi di perusahaan yang nota bene adalah milik keluarga besarnya. Ia mempunyai hubungan yang buruk kepada ayahnya karena sesuatu hal, selain itu juga cukup dikenal “tidak ramah” oleh selurh orang. Hanya ibunyalah orang yang terdekat yang bisa memahaminya. Walaupun begitu hal tersebut tetap tidak mengubah sikapnya kepada yang lain. Selanjutnya dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa pemuda tersebut didiagnosa terserang suatu kanker dan oleh dokter divonis hanya sanggup bertahan selama kurang lebih 3 bulan saja. Mendengar vonis dokter tersebut, pemuda tersebut pun stress berat dan putus asa yang berkepanjangan. Ia menangis dan menyesali keadaan dirinya. Habis sudah semua cita-cita dan harapan. Ada satu harapannya yang belum tercapai yaitu bertemu dengan ”teman lama” yang pernah mengisi relung hatinya 10 tahun yang lalu. Dan mereka telah mengikat janji untuk bertemu 10 tahun kemudian yang waktunya tinggal beberapa bulan lagi. Ia merasa sangat sedih karena takut tidak dapat menepati janjinya karena malaikat maut sudah terlebih dahulu menjemputnya. Dalam kesedihannya ia berusaha mengasingkan diri di sebuah desa terpencil, meninggalkan semua yang dimilikinya. Harapannya ia bisa mengkhiri hidupnya dengan penuh kedamaian. Dalam keterasingan dan kesendiriannya ia mendapat suatu ”pencerahan” dari seseorang yang ditolongnya yang tidak lain adalah bekas karyawannya dulu yang pernah dipecatnya dengan tidak hormat. Mantan karyawannya tersebut sedikit heran dengan perubahan yang tampak dari mantan bosnya yang perfeksionis tersebut. Ia berusaha bersikap apa adanya alih-alih sang pemuda yang dulu pernah menjadi bosnya tersebut menanyakan sesuatu hal yang dirasanya cukup aneh. ”apa yang akan kau lakukan jika hidupmu hanya tinggal 3 bulan?” lalu ia pun menjawab kurang lebih seperti ini ”aku akan melakukan hal-hal yang kusukai yang belum sempat kulakukan, aku akan memperbaiki semua kesalahan yang pernah kulakukan dan terakhir aku akan menghargai yang semua yang kumiliki, orang-orang yang kucintai aku ingin mereka tahu bahwa aku benar-benar mencintai mereka”. Lalu dengan wajah tersenyum penuh kebahagiaan ia pun pergi dengan langkah yang penuh kemenangan. Di sisa-sisa hidupnya yang tinggal sedikit lagi ia pun mulai melaksanakan apa yang telah dikatakan oleh mantan karyawannya. Semua orang di sekitarnya agak heran dengan perubahan yang terjadi pada pemuda tersebut. Tetapi hal tersebut tidak dipedulikannya. Ia tidak pernah memberitahukan penyakit yang dideritanya kepada siapapun kecuali kepada mantan tunangannya yang ditolaknya dengan alasan penyakit yang ia derita. Tetapi sebenarnya tidak demikian ia telah menemukan seseorang yang selama ini dicarinya. Tetapi walaupun begitu ia tetap tidak pernah memberitahukan siapa dirinya kepada wanita tersebut. Di akhir hayatnya terkuaklah semua misteri yang selama ini dipendamnya. Tetapi satu hal yang pasti ia telah mengisi sisa-sisa hidupnya dengan sesuatu yang berguna sehingga ia bisa pergi dengan penuh kedamaian.
Pembaca yang budiman. Pernahkah kita bertanya pada diri kita, apa yang akan kita lakukan jika kita diposisi seperti di atas? Mendapat vonis bahwa waktu hidup kita hanya tinggal 3 bulan lagi. Apakah yang akan kita pikirkan dan selanjutnya tindakan apa yang akan kita lakukan untuk mengisi sisa-sisa hidup kita. Apakah kita akan bertindak seperti pemuda di atas. Melakukan semua hal yang diinginkannya yang menjadi cita-citanya selama hidup, memperbaiki semua kesalahannya yang pernah dibuatnya dan lebih mensyukuri dan menghargai apa yang telah didapatnya selama ini. Ataukah kita malah akan menjadi orang skeptis dan pesimis, putus asa yang berkepanjangan karena merasa apa yang akan kita lakukan tidak akan berguna lagi. Selanjutnya kita hanya mengisi waktu yang tersisa dengan kesenangan belaka, atau yang lebih ekstrem lagi kita malah berniat untuk bunuh diri untuk menyangkal vonis yang telah dijatuhkan dokter tersebut akibat akumulasi dari stress dan tidak sabarnya menjalani cobaan yang ada
Pembaca budiman. Sebenarnya pemuda di atas saya katakan cukup ”beruntung” karena bisa ”mengetahu” bahwa usianya yang tinggal 3 bulan lagi. Mengapa saya katakan beruntung? Karena pemuda itu telah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ia meninggal. Ia telah berusaha melakukan yang terbaik dalam hidup walaupun hanya sedikit dan sebentar waktunya. Tetapi satu hal yang pasti ia sudah melakukan ”persiapan” untuk menemui malaikat maut yang mau menjemputnya.
Lalu bagaimana dengan kita? Yang tidak pernah tahu dan tidak akan pernah mengetahui kapan vonis tersebut akan datang. Apakah kita kan tetap begini-gini saja?tidak ada perubahan dan perbaikan yang akan kita buat? Bisa saja hidup kita divonis sama dengan pemuda tersebut atau malah bisa jadi lebih pendek lagi. Lalu hal terbaik apa yang telah kita buat selama hidup ini? Apakah kita sudah meraih hal-hal yang menjadi cita-cita kita? Apakah kita sudah melakukan sesuatu hal yang berguna bagi kehidupan manusia? Atau malah hidup kita penuh dengan tinta hitam dan kelam yang tidak pernah memberikan manfaat kepada orang lain, malahan kita yang menjdi beban dan menyusahkan orang lain.
Pembaca yang budiman..lalu mengapa kita masih menunggu? Dan apa yang akan kita tunggu untuk melakukan perubahan dan perbaikan diri ke arah yang labih baik. Kita merasa kita masih muda sehingga sering kita berkata ”tunggu sampai tua lah baru berubah” apa iya..kesempatan kita masih ada sampai kita tua. Lah kalau tidak..apakah kita mau menaruhkan hidup kita yang sangat berharga ini? Apakah kita menunggu sampai ajal menjemput sehingga kesempatan Itu sudah tidak ada lagi Sesungguhnya detik demi detik, hari demi hari kan terus berjalan. Waktu kita semakin sedikit di dunia ini. Jangan sampai kita menjadi orang yang kan menyesal berkepanjangan. Karena waktu tak kan pernah kembali dan tak kan pernah terhenti. Waktu tak kan pernah menunggu kita untuk berubah.. Lalu pertanyaaan... mengapa masih menunggu...