Rabu, 12 Maret 2008

Diriku yang tak bersyarat

Aku adalah aku
Engkau tak bisa mengubahku, maka jangan coba-coba
Tinggalkan kritik-kritikmu, tinggalkan semua usahamu untuk membuatku sesuai dengn kotak yang cocok hanya untuk dirimu

Hadapilah, masalahnya akan jauh lebih mudah jika engkau menerimaku apa adanya
Daripada membuatku seperti apa yang kau pinta

Tentu saja engkau mesti setuju dengan apa yang kukatakan dan kulakukan
Hanya saja terimalah aku sebagai manusia biasa
Aku lemah, berdosa, gagal dan membuat kesalahan dalam hidupku

Hey, bukakankah itu yang membuatku menjadi seseorang yang unik
Aku tak akan pernah menjadi sempurna, ideal dan menjadi produk seperti yang kau pinta

Terimalah apa adanya sebagaimana aku menerimamu apa adanya
Mari kita bergembira, bersukaria dan biarkan diri kita yang sesungguhnya bebas menjadi apa adanya

Jadilah diri kita sendiri dalam lautan cinta tak bersyarat
Saling menerima
Membiarkan semua ini terjadi
apa adanya

Anak-anak belajar dari kehidupan

Jika anak hidup dengan kritikan,
Ia akan belajar mengutuk.
Jika anak hidup dengan kekerasan,
Ia akan belajar melawan.
Jika anak hidup dengan ejekan-ejekan,
Ia akan belajar menjadi pemalu.
Jika anak hidup dengan dipermalukan,
Ia akan belajar merasa bersalah.
Jika anak hidup dengan toleransi,
Ia akan belajar bersabar.
Jika anak hidup dengan dorongan,
Ia akan belajar percaya diri.
Jika anak hidup dengan pujian,
Ia akan belajar menghargai.
Jika anak hidup dengantindakan yang jujur,
Ia akan belajar tentang keadilan.
Jika nak hidup dengan rasa aman,
Ia akan belajar mempercayai.
Jika anak hidup dengan persetujuan,
Ia akan belajar menghargai hiudpnya.
Jika anak hidup dengan P E N E R I M A A N dan persahabatan
Ia akan belajar untuk menemukan cinta di muka bumi

Reputasi dan karakter

Lingkungan tempat anda hidup menentukan reputasi anda
Kebenearan yang anda yakini menentukan karakter anda
Reputasi mengharapkan anda siapa
Karakter adalah siapa anda sebenarnya
Reputasi adalah foto
Karakter adalah wajah
Reputasi datang dari luar
Karakter tumbuh dari dalam
Reputasi adalah apa yang anda miliki ketika tiba di komunitas baru
Komunitas adalah apa yang anda miliki ketika anda pergi
Reputasi terbentuk dalam sesaat
Karakter anda dibangun seumur hidup
Reputasi anda dipelajari dalam sejam
Karakter anda tidak kelihatan sampai setahun
Reputasi tumbuh seperti jamur
Karakter bertahan abadi
Reputasi membuat anda kaya atau miskin
Karak ter membuat anda menderita atau bahgia
Reputasi adalah apa yang orang katakan tentang anda di batu nisan
Karakter adalah apa yang dikatakan malaikat di depan Tuhan

Akhir sebuah pemikiran adala tindakan

Suatu hari ada seorang gadis kesil berjalan setapak di depan rumahnya. Di tepi jalan ia melihat sekuntum mawar merah vbesar yang sedang mekar. Sembari takjub, jari-jari gadis kecil itu pun memetik bunga itu dan membawanya pulang. Ketika sampai di rumah, ia bingung, hendak ditaruh dimana bunga itu. Setelah cukup lama terdiam, anak itu pun teringat denga pot bunga usang yang jarang dipakai yang ada di dalam lemari. Maka ia pun pergi ke lemari, mengeluarkan pot tua itu. Setelah itu dicuci dan dibersihkannya hingga mengkilap. Pot itu lalu diisinya dengan air dan memsukkan bunga mwar ke dalalmnyanya. Sekarang bunga sudah punya tempat yang indah, tapi dimanakah pot itu akan ditaruhnya? Gadis kecil itu ingin menaruhnya di meja ruang tamu. Ketika sampai disana, dilihatnya meja usang dan kotor tersebut. Tak pantaslah bunga indah diletakkan di atasnya. Maka si gadis kecil berlari kecil mengambil taplak meja yang diambilnya di tempat tidur. Tapalk itu lantas ditaruhnya di atas meja. Kini meja itu layak bagi pot bunga. Namun gadis kecil itu merasa masih ada kekurangan. Ruang tamu itu gelap, semua jendela dan pintu masih tertutup. Maka ia mengambil kursi dan menaruhnya dekat jendela. Ia pun menaiki kursi, lalu dengan tangnya yang kecil sekuat tenaga ia mendorong agar jendela terbuka. Ketika akhirnya jendela yang terbuka, matahari yang bersinar dengan cerahnya menerobos dan menerangi seisi ruang tamu tersbu t.
Hal- hal besar sering dimulai dari kejadian kecil...perjalanan yang ber mil-mil jauhnya dimulai dari satu langkah.

Beranilah

Jangan menunggu senyuman, baru mau berbuat baik
Jangan menunggu dicinta, baru mau dicinta.
Jangan menunggu kesepian melanda, baru mau menghargai persahabatan
Jangan menunggu pekerjaan terbaik, baru mau sungguh bekerja
Jangan menunggu mendapatkan banyka baru mau berbagi
Jangan menunggu kegagalan tiba, baru ingat dengan nasihat-nasihat.
Jangan menunggu kesulitan muncul, baru mau percaya dengan doa.
Jangan menunggu adanya waktu, baru mau melayani.
Jangan menungu orang lain terluka, baru mau meminta maaf.
Jangan menunggu....., karena kamu tak tahu berapa lama waktumu.
Jangan menunggu......, beranilah

PARADOK MASA KINI

Kita mempunyai gedung yang semakin tinggi,
Tapi kesabaran yang semakin rendah.
Jalan yang semakin lebar,
Tetapi sudut pandang yang semakin sempit.
Semakin banyak membelanjakan,
Tetapi semakin sedikit yang dimilki.
Semakin banyak membeli,
Tetapi semakin sedikit yang dinikmati.
Punya rumah yang semakin besar,
Tetapi kehidupan rumah tangga yang semakin kecil.
Semakin banyak tersedianya kesenangan,
Tetapi semakin sedikit waktu untuk menikmatinya.
Semakin banyak pengetahuan,
Tetapi semakin sedikit kebijaksanaan.
Semakin banyak para para ahli,
Tetapi semakin banyak masalah.
Semakin banyak obat,
Tetapi semakin banyak juga penyakit.
Kita memiliki banyak barang dan kepemilikan,
Tetapi semakin berkurang nilainya.
Kita semakin banyak bicara,
Tetapi semakin sedikit mencinta dan banyak membenci.
Kita belajar untuk mencari nafkah penghidupan,
Tetapi gagal menemukan kehidupan.
Kita telah menambah lebih banyak tahun dalam kehidupan,
Tetapi gagal merasakan kehidupan dalam tahun-tahun yang dijalani
Kita telah berhasil pergi ke bulan dan kembali,
Tetapi mempunyai masalah pergi ke depan rumah untuk menemui tetangga.
Punya penghasilan yang lebih tinggi,
Tetapi moralitas yang lebih rendah.
Kita belajar untuk membuat udara lebih bersih,
Tapi kita mengotori jiwa kita sendiri.
Kita belajar untuk meimisahkan atom-atom,
Tetapi tak sanggup memisahkan prasangka-prasangka buruk kita.
Kita memiliki kuantitas yang berlimpah ruah,
Tetapi kualitas yang semakin langka.
Ini adalah waktu dimana orang semakin tinggi posturnya,
tapi makin pendek kepribadiannya.
Keuntungan finansial membumbung tinggi,
Tetapi hubungan dengan sesama semakin dangkal.
Ini adalah masa kedamaian dunia,
tetapi perang dalam keluarga.
Makin banyak hiburan,
tapi makin sedikit rasa kebahagiaan.
Makin banyak makanan,
tatapi makin berkurang nutrisinya.
Ini adalah masa dimana keluarga berpenghasilan ganda,
Tetapi perceraian dimana-mana
Makin banyak rumah yang indah,
tetapi makin banyak rumah tangga yang pecah....
(Anonim)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu,
kepada api yang yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat diucapkan oleh awan,
kepada hujan yang menjadikannya tiada (supardi joko damono

Aku bersembah sujud untuk berdoa, tapi tak lama.
Karena ada banyak pekerjaan yang kutakutkan, tak bisa lagi ditunda.
Aku harus cepat-cepat ke tempat kerja,
Karena takut pula dengan tagihan-tagihan yang harus dilunasi segera.
Jadi aku berlutu dan berdoa seadanya.
Lalu melompatlah aku ke tempat kerja,
Tugas agama pun selesailah sudah,
Masih banyak tugas dunia dan kewajiban yang mengejar untuk dibereskan
Maka sepanjang hari aku tak punya kesempatan,
Untuk menyatakan kasih dan kebenaran.

Aku takut, malahan mungkin akan ditertawakan.
Tak ada waktu, tak ada kesempatan, maafkan...
Banayak yang mesti dibereskan, itulah yang kuteriakkan.
Maafkan...
Tak ada waktu untuk jiwa yang kubutuhkan,
Sebab kekhawatiran dan ketakutanku untuk hal-hal yang belum dibereskan

MELIHAT DARI “KACA MATA” YANG LAIN

Beberapa waktu yang lalu saya mengisi acara di sebuah training pengkaderan dari suatu organisasi kemahasiswaan yang saya ikut aktif di dalamnya. Untuk memancing reaksi dari peserta agar dapat lebih terfokus pada materi yang akan disampaikan iseng-iseng saya memberikan sebuah ”ice breaker” . hal ini biasa kami lakukan manakala para peserta sudah mulai tidak fokus diakibatkan karena kelelahan, mengantuk, rasa bosan yang bersangatan dan karena alasan yang lain lagi.
Pada saat itu saya memegang sehelai kertas putih kosong yang bagian tengahnya saya beri tanda titik dengan spidol hitam agar dapat kelihatan. Lalu saya meminta reaksi dari para peserta yang berjumlah kurang lebih 20 orang untuk memberikan tanggapan dan pendapatnya tentang kertas putih yang saya pegang tersebut. Bermacam-macam tenggapan diberikan oleh para peserta. Ada yang memberikan jawaban serius tetapi tidak sedikit juga yang jawabannya melantur alias ”asbun” , asal bunyi saja. Tetapi yang penting adalah para peserta dapat kembali ke fokusnya, itulah jawaban saya menanggapi dari reaksi para peserta.
Beberapa hal yang menarik dari jawaban peserta yang ”serius” tentang ice breaker yang saya berikan adalah bahwa hampir sebagian besar mengatakan kalau kertas yagn saya pegang itu adalah setitik noda hitam di atas kertas yang putih plus dengan berbagai macam filosofi dari mereka.
Lalu apa ada yang salah dengan jawaban yang mereka berikan? Jawabannya adalah tidak. Selain untuk memancing reaksi dari para peserta agar dapat lebih fokus tujuan lain dari saya memberikan ice breaker itu adalah untuk melihat pola pikir dan sudut pandang peserta mengenai suatu masalah. Dan ternyata jawaban yang diberikan adalah relatif sama yaitu setitik hitam di atas kertas putih. lalu pertannyaan saya mengapa kita jarang atau bahkan tidak pernah memandang sesuatu dari dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, mengapa kita tidak katakan berjuta kumpulan titik putih dengan satu titik hitam. Mengapa saya katakan berjuta kumpulan titik putih karena pada dasarnya satu bidang warna pada suatu media (kertas misalnya) merupakan suatu kumpulan dari titik-titik putih yang saling merapat dan bersatu. Yang menjadi masalahnya adalah mengapa fokus kita lebih pada satu titik hitam yang kalau bisa dibilang tidak ada artinya dibandingkan dengan jumlah titik putihnya yagn lebih banyak jumlah.
Pembaca sekalian. Mengapa saya membicarakan tentang masalah ini. Hal ini saya angkat dalam tema saya kali ini adalah karena hal tersebut banyak dan sering terjadi dalam kehidupan kita. Dan secara tidak sadar dalam menilai sesuatu misalnya apakah yang banyak atau sering kita lihat sisi kebaikannya atau malah sisi keburukannya? Sering kali kita memandang atau menilai seseorang lebih banyak berdasarkan kepada sisi gelapnya padahal bisa jadi mereka-mereka yang kita anggap buruk juga mempunyai sisi baik yang tidak kalah banyaknya. Seseorang yang selama ini kita kenal baik lalu tiba-tiba karena sesuatu hal melakukan sebuah kesalahan yang tidak hanya merugikan dirinya tetapi juga orang lain maka akan ”hilanglah” semua kebaikannya yang telah dibuatnya. Lalu kalau mereka bersalah apa tidak perlu dihukum dan harus dibebaskan karena kebaikan-kebaikan yang telah dibuatnya? Tidak demikian. Siapa yang bersalah dan melanggar batas-batas norma yang tetap harus dihukum sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya. Sudah cukup disitu saja. Jangan kita terlalu mempermasalahkannya ke depannya. Pada umumnya orang yang telah di cap bersalah oleh masyarakat dan setelah mengalami masa hukumannya maka tetap akan dianggap ”bersalah selamanya”. Hal secara psikologis akan membuat orang tersebut akan semakin sulit untuk ”berubah” ke arah yang lebih baik dan bisa jadi ia malah menjadi orang yang lebih buruk dan ”bersalah selamanya” karena tindakan dan pola pikir masyarakat yang membentuknya sedemikian rupa.
Pembaca yang budiman. Mengapa kita jarang atau enggan untuk ”menerima” atau memaafkan orang yang bersalah terutama kepada kita baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Pernahkah kita menempatkan posisi kita di tempanya berada? Kalau kita berganti posisi dengannya apakah yang akan kita lakukan? Mengapa kita jarang atau tidak pernah mungkin mencoba untuk memandang dari sudut pandang yang berbeda mengenai suatu masalah dan mengenai seseorang.? Akan banyak sekali perbedaan yang kita rasakan ketika kita bena-benar berusaha untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Kita akan menemukan pengetahuan dan pemahaman baru yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dengan belajar untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda kita tentang suatu akan banyak dapat keuntungan yang bisa diperoleh antaa lain kita akan menjadi pribadi yang lebih bersabar, pemaaf , tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu karena dilakukan dengan penuh ketenangan dan pemikiran yang matang dan mendalam. Selain itu keuntungan dan kebahagiaan terbesar yang bisa kita dapatkan adalah berupa ketentraman dan kelapangan hati dan jiwa karena kita telah mampu untuk ”menerima” dan mengikhlaskan semua yang terjadi.
Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk dapat memahami sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Ada banyak yang harus kita cermati dan kita pelajari. Tetapi dengan niat yang benar dan usaha yang sungguh-sungguh tidai ada yang tidak bisa dilakukan.